Kerinduan
menuju ke penyerahan, dan penyerahan memberikan kebahagiaan yang
tertinggi. Serahkan segalanya pada kehendaknya, terimalah apa yang
terjadi, baik menyenangkan atau pun menyakitkan. Suatu waktu, ada
seorang saudagar yang kaya di Bhagdad. Hidupnya saleh dan patuh pada
Tuhan. Ia mempunyai seorang putri yang sangat disayangi dan dikaguminya
karena ia amat saleh. Ayahnya memutuskan, hanya akan menyerahkan
putrinya kepada lelaki muda yang erat hubungannya dengan Tuhan, tidak
peduli akan kelebihan atau kekurangannya. Dicarinya calon menantu
semacam itu di tempat penginapan khafilah, masjid dan tempat berkumpul
yang disukai orang-orang yang saleh. Suatu hari Jumat, dalam sebuah
mesjid, dilihatnya seorang pemuda yang tampan sedang berlutut walaupun
semua orang telah pergi. Ia berseru memanggil Tuhan dengan penuh kasih
sayang dan amat tulus. Didekatinya laki-laki muda itu dan bertanya
apakah ia mau menikahi putrinya. Ia berkata: "Saya adalah orang yang
paling melarat; atap di atas kepala saya bocor dan lantai tempat saya
duduk adalah kerikil. Siapa yang akan kawin dengan pengemis seperti saya
ini? Saya akan menikah dengan seseorang yang tidak keberatan pada
latihan spiritual saya dan mau hidup dalam kemiskinan bersama saya."Pedagang
itu merasa bahwa ia adalah calon mempelai yang layak dipilih dan pesta
perkawinan pun segera dilangsungkan. Putri saudagar itu datang ke rumah
fakir tersebut dan mulai membersihkan lantai. Ia bahagia karena suaminya
sesuai dengan keinginannya; karena ia juga peziarah di jalan yang
menuju Tuhan, seseorang yang melakukan latihan kerohanian. Ketika
menyapu lantai, di suatu sudut ditemukannya piring dengan sepotong roti
di atasnya. Putri saudagar itu bertanya kepada suaminya: "Mengapa piring
itu diletakkan di sana?" Ia menjawab: "Saya menyimpannya, karena jika
saya pergi untuk berkeliling besok, mungkin kita tidak akan mendapat
makanan yang cukup." Mendengar ini istrinya menjawab: "Engkau memalukan. Demikian kecil kepercayaanmu pada Allah. Beliau yang memberikan rasa lapar pada kita, apakah Beliau tidak akan memberikan roti pula pada kita? Aku tidak hidup bersama dengan orang yang sifatnya seperti ini. Engkau tidak percaya pada Tuhan yang Maha Pengasih." katanya, dan ditinggalkannya fakir itu sendiri. ----BSSSB http://www.ssg-kupang.hostoi.com/ChinnaKatha/Kisah048.html |