Dasar
utama Rama adalah prinsip kasih sayang, yang turun dari surga karena
anugerah Tuhan sebagai hasil pengorbanan yang agung. Rama berarti
menyenangkan! Tidak ada suatu pun yang lebih menyenangkan daripada hati
nurani sendiri, dan dengan demikian Rama juga dikenal sebagai Atma Rama.
Bagaimana mungkin Bharata mau merebut mahkota yang menjadi hal Rama?
Ketika Rama diasingkan dan Dasaratha meninggal karena patah hati akibat
perpisahan dengan Rama, Bharata dan Satrugna sedang berada di ibu kota
Kekaya. Mereka pun dipanggil pulang, dan ketika mereka masuk ke istana
tanpa menyadari tragedi ganda yang menimbulkan kemurungan di seluruh
kota, ia merasakan ada mala petaka. Wasishta yang menjadi guru keluarga
menasehatinya agar naik tahta sebab seluruh kerajaan menderita karena
kekosongan dalam pemerintahan.Bharata memohon agar diizinkan pergi
kepada "Tuhan yang dipujanya, Tuhan yang menerima hormat baktinya yang
tidak berkeputusan." Wasishta memberi tahu bahwa itu adalah perintah
ayahnya, dan menasehati agar ia duduk di singgasana sebagai raja.
Bharata menjawab, bahwa permintaan itu adalah bukti kebencian yang amat
sangat dari orang tuanya, rakyat, guru dan setiap orang di Ayodhya
terhadap dirinya. Jika mereka mencintainya, mereka tidak akan memaksanya
melakukan dosa yang sedemikian hina. Bharata berdiri di hadapan
Wasishta dengan tangan terkatup dan memohon: "Apakah benar, apakah adil
jika engkau membebani aku dengan kekuasaan atas suatu kerajaan, yang
membunuh ayahku, menyebabkan ibu-ibuku menjadi janda, mengasingkan
saudaraku yang paling aku sayangi, yang aku hargai lebih dari nafasku
sendiri, ke dalam hutan yang penuh jin bersama ratunya tersayang dan
yang akhirnya memberi aib yang tidak terhapuskan terhadap ibuku?
Kerajaanku adalah negara yang diperintah Rama, yaitu hatiku, hati yang
terlalu kecil untuk menampung Kemuliaan-Nya?" Nama Bharata sendiri arti
bahwa ia dipenuhi kasih sayang Rama (bha-berarti Bhagawan, Tuhan, Rama; ratha berarti senang akan, bahagia atas, terikat pada.)Semoga
cinta pada Tuhan tumbuh di dalam hatimu seperti dalam diri Bharata.
Semoga perasaan berbakti, yang bahkan sampai menolak singgasana,
memenuhi dirimu. Maka engkau akan amat berguna bagi negara, kebudayaan,
masyarakat, agama, dan kelompokmu. Jika tidak, semua kesulitan yang
telah engkau alami untuk datang ke Sathsang, mendengarkan khotbah spiritual, mempelajari kitab suci dan lain-lain akan menjadi pelajaran yang sia-sia.
|
http://www.ssg-kupang.hostoi.com/ChinnaKatha/Kisah053.html