Ketika
masih kecil, Chaitanya memberi tanda pada ibunya, bahwa ia adalah
seorang penjelmaan. Pada waktu itu Chaitanya masih seorang anak kecil
yang baru bisa merangkak. Di rumah, ibunya kedatangan seorang tamu,
seorang Brahmin tua yang ortodoks, yang memasak sendiri makanannya dari
bahan-bahan yang diberikan oleh ibu Chaitanya. Brahmin itu ingin agar
makanannya murni sesuai dengan keperluan untuk upacara, tidak tercemar
oleh sentuhan tangan lain. Dipersembahkannya pada Tuhan makanan yang
akan dimakannya; begitulah sumpahnya. Setelah agak siang, barulah
persembahannya selesai. Ketika ia baru saja duduk di depan patung
Krishna untuk berdoa, dengan tertatih-tatih anak itu maju ke depan dan
mencelupkan jarinya ke dalam tempat makanan. Dengan demikian makan itu
menjadi 'tidak murni' untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Maka ia pun
diberi bahan makanan lagi, dan makanan pun dimasak hingga jauh siang dan
doa pun diulang lagi. Kali ini, anak itu merangkak lagi entah dari mana
datangnya dan mencemarkan makanan yang suci! Kenakalannya terulang
sampai tiga kali. Ibunya lalu menyeret anak itu dan mengancam akan
memukulnya karena kenakalannya. Tetapi tanpa merasa bersalah anak itu
berkata kepada ibunya; "Ia memanggil aku agar memakannya, tapi ketika
aku datang mendekat, ia marah." Dengan demikian ia memperlihatkan bahwa
Beliau adalah Krishna yang datang kembali.
|
http://www.ssg-kupang.hostoi.com/ChinnaKatha/Kisah039.html