Di
dalam istana Raja Bhojaraja, Kalidasa dihina oleh para penyair dan
cendekiawan senior yang iri hati pada prestasinya. Karena ia miskin,
cukuplah alasan mereka untuk meremehkan nya. Jika empang penuh air,
katak akan berkerumun dan mengorek di sekelilingnya. Jika empang nya
kering, katak-katak akan melompat meninggalkannya. Para senior
menyebarkan skandal tentang Kalidasa dan berusaha melemparkannya ke luar
dari istana.
Kalidasa hanya mengenal satu
orang yang bebas dari rasa iri dan sombong, yaitu Kali, Ibu Ilahi. Maka
ia pun pergi ke kuil Kali dan berdoa di hadapan Sang Ibu agar memberinya
kedudukan tinggi di antara para penyair. Setelah lama berdoa dengan
sungguh-sungguh, Kalidasa mendengar suara yang keluar dari tempat suci
yang menyanjung Dandi dan Bhawabhuti sebagai cendekiawan dan jenius
besar. Tidak disinggung sedikit pun tentang apa yang telah dicapainya!
Ia pun amat marah dan terluka hatinya. Kemarahannya dikeluarkan dengan
kata-kata kasar dan mendesak agar Dewi Kali menyatakan yang sebenarnya
betapa pun tidak menyenangkan pernyataan tersebut. Kemudian suara itu
mengatakan: "Thwamewaham, thwamewaham, thwamewaham, na samsayah
(Engkau adalah Aku sendiri, Engkau adalah Aku sendiri, Engkau adalah
Aku sendiri, tidak dapat tidak)." Status tertinggi mana lagi yang
dibutuhkan Kalidasa selain dari ini? Ini adalah jawaban yang akan
didapat oleh setiap pencari Tuhan, karena itu adalah kebenaran tentang
dirinya, realitasnya, hadiahnya, tercapainya cita-citanya.Ada berbagai kisah yang melukiskan Kalidasa sebagai seorang penyair yang panjang akal, yang mengalahkan siasat lawannya dengan akal yang cerdik, tetapi baktinya lebih besar dari yukthinya. Aku teringat akan yukthi seorang kepala rumah tangga ketika tengah malam ia mendengar rumahnya dimasuki maling. Ia menduga para pencuri itu dapat mendengar suaranya, oleh karena itu ia sengaja berbicara keras-keras kepada istrinya agar mereka mendengar: "Mengapa engkau selalu mengomel agar aku mengembalikan permatamu yang telah aku gadaikan kepada Marwari? Aku tahu semua emasmu telah ia bawa dan engkau tahu aku tidak mempunyai serupiah pun. Tunggulah sampai keadaan kita membaik; pasti aku akan menebusnya lagi dan mengembalikannya kepadamu. Tetapi sekarang?" Tidak perlu diceritakan lagi bahwa pencuri itu pergi memasuki rumah yang lain malam itu. Mereka meninggalkan rumah yang tidak mempunyai emas, bahkan serupiah pun tidak punya. Marwari? Aku tahu semua emasmu telah ia bawa dan engkau tahu aku tidak mempunyai serupiah pun. Tunggulah sampai keadaan kita membaik; pasti aku akan menebusnya lagi dan mengembalikannya kepadamu. Tetapi sekarang?" Tidak perlu diceritakan lagi bahwa pencuri itu pergi memasuki rumah yang lain malam itu. Mereka meninggalkan rumah yang tidak mempunyai emas, bahkan serupiah pun tidak punya. ----- BSSSB http://www.ssg-kupang.hostoi.com/ChinnaKatha/Kisah052.html |