BSSSB: | |
Untuk
memurnikan hati dan pikiran agar memantulkan kebenaran dengan tepat,
yang harus diperhatikan pertama kali yaitu mengenai makanan. Bagi
seorang sadhaka ini sungguh suatu soal yang penting. Di Malur, di
wilayah Mysore, hiduplah seorang Brahmin yang amat terpelajar. Ia
mempunyai seorang istri yang sama salehnya. Ia selalu bersungguh-sungguh
melakukan puja dan japadhyana dan terkenal di mana-mana karena
kesalehannya.
Suatu hari datanglah seorang Sanyasin yang bernama
Nityananda ke rumahnya untuk minta sedekah. Brahmin itu merasa senang.
Diundangnya rahib itu untuk makan malam keesokan harinya sehingga ia
dapat menghormatinya dengan penerimaan yang layak. Dihiasnya pintu
rumahnya dengan rangkaian daun dan disiapkannya perjamuan dengan teliti.
Tetapi pada jam 11.00 ketidakmunian badan menyebabkan istrinya tidak
layak untuk menyiapkan makanan bagi tamu yang dihormati atau pun untuk
siapa saja.
Seorang tetangga mau membantu memasakkan makanan, maka ia
pun diantar ke dapur. Semua berjalan dengan baik dan semua merasa puas.
Hanya saja selama makan, sanyasin itu merasa tertekan karena ia dikuasai
oleh hasrat untuk mencuri cawan perak yang diletakkan tuan rumah di
dekat piringnya. Meskipun ia telah berusaha sekuat tenaganya, gagasan
jelek itu menang dan sanyasin itu cepat-cepat pulang sambil
menyembunyikan cawan itu di balik lipatan jubahnya.
Malam itu ia tidak
dapat tidur, karena hati nuraninya amat terganggu. Ia merasa telah
membawa aib bagi gurunya dan kepada para Resi yang ia sebut namanya
dengan mantra yang ia ucapkan. Ia tidak dapat beristirahat hingga ia
berlari kembali ke rumah Brahmin tersebut, menjatuhkan diri di kakinya
dan mengembalikan barang itu dengan air mata penyesalan di pipinya.
Setiap orang merasa heran, mengapa orang suci semacam itu dapat
melakukan perbuatan demikian rendah.
Kemudian seseorang mengingatkan
bahwa itu mungkin kesalahan yang dipindahkan ke makanan yang dimakannya
oleh seseorang yang memasak. Ketika mereka mempelajari riwayat tetangga
tersebut, mereka mengetahui bahwa ia adalah seorang pencuri yang tidak
pencuri yang tidak dapat diperbaiki lagi! Akibat kontak yang halus,
kecenderungan mencuri itu mempengaruhi makanan yang disiapkannya. Itulah
sebabnya para sadhaka dinasehati agar hanya makan buah dan umbi-umbian
saja jika mereka mencapai suatu tingkatan spiritual tertentu.
|